Sejarah Qosidah Burdah dan Fadhilah bagi yang mengamalkannya

SHOLAWAT BURDAH
QASIDAH BURDAH BY : SYAIKH IMAM AHMAD AL BUSHIRY

Asalamualaiku wr.wb pada kesempatan kali ini saya akan berbagi artikel tentang Qosidah Burdah.Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.


Berikut sekilas tentang sejarah Qosidah Burdah:


Qashidah Burdah (Selendang/Jubah) merupakan rangkaian puji-pujian terhadap nabi Muhammad ﷺ, berupa syair-syair yang tertulis indah yang terdiri dari 160 bait. Syaikh Imam Ahmad Al Bushiry merupakan orang yang ‘alim dan mengamalkan ilmu-ilmunya, yang selalu tenggelam untuk mencintai Allah ﷻ dan Rasulullah-Nya ﷺ.



Nama lengkap beliau adalah : Syaikh Abu Abdillah Muhammand bin Sa’id bin Hammad bin Abdillah bin Al-Shonhaji Al-Bushiry Al-Mishry yang merupakan keturunan asli trah Maghrib (sekarang Maroko) dari Qal’ah Hammad, dari suku yang dikenal dengan bani Habnun. Ia dilahirkan di daerah Dallas pada hari selasa tanggal 01 Syawwal 608 H. dan wafat di Iskandariyah pada tahun 696 H. dan di makamkan di Iskandariyah. Lokasinya bersambung dengan masjid Jami’. Dinding makamnya diukir dengan beberapa bait syair Burdah dengan kaligrafi yang begitu indah. Masjid tersebut tidak begitu jauh dari masjid dan makam gurunya, Imam Abul Abbas Al-Mursy. Ayah beliau berasal dari Mesir daerah Bushir, Mesir pedesaan


Di masa kecilnya, beliau dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al Quran di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama besar di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab, ia pindah ke Kairo Mesir. Disana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannya di bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.


Qasidah Burdah terdiri dari beberapa unsur : Bagian depan syairnya berisi tentang teringat kepada kekasih, kerinduan, dan cinta, berikutnya berisi tentang peringatan dari godaan hawa nafsu, kemudian pujian-pujian kepada Nabi, tentang kelahiran dan beberapa mukjizatnya. Selanjutnya berisi tentang Alquran, isra’ mi’raj, jihad dan tawassul.


Tiap-tiap bait Qashidah Burdah, memiliki beberapa khasiat dan faedah yang berbeda, dan begitu juga tata cara penggunaan atau pengamalannya. Selain keindahan syairnya, itu senua sangat bermanfat jika diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Didalmnya juga termaktub nilai-nilai estetikanya menjadikan imam Al-Bushiry, penyair yang tak tertandingi sepanjang sejarah. Burdah senantiasa dilantunkan di berbagai penjuru dunia, itu karena imam Abushiry menulisnya dengan sepenuh hati. Kecintaannya kepada Allah dan Rasulullah Saw. mampu mengesampingkan cintanya terhadap yang lain. Bahkan kekuatan cinta akan ikut mengalir pada siapapun yang meresapi kedalaman maknanya. Rindu selalu membuat orang berharap kehadiran sang kekasih. Dan Burdah pula yang akhirnya mampu menghadirkan sang kekasih Rasulullah Saw. dalam mimpinya. Sehingga penyakit lumpuh yang dideritanya menjadi sembuh. Alunan Burdah juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Sehingga Burdah sampai saat ini masih terus dilantunkan oleh kaum Muslimin di berbagai belahan dunia.


SEJARAH SINGAT KASIDAH BURDAH


Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain :
1. Baju (Selendang) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bias dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari kasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.


Pada mulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi Muhammad ﷺ yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam). Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga duapuluh ribu dirham, dan kemudian dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari dinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah, burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat fd dan diteruskan secara turun temurun.
Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah ﷺ kepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yang senantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Karena merasa terancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari luapan amarah para sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah, saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair mengirm surat kepadanya, yang isinya antara lain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah ﷺ, karena Rasulullah ﷺ tidak akan membunuh orang yang kembali (bertaubat). Setelah memahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya dan bertaubat.

Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui Abu Bakar Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepada Rasulullah ﷺ. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah ﷺ. Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampai Rasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab. kemudian Ka’ab menggubah qasidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad), yang terdiri atas 59 bait (puisi). Kasidah ini disebut pula dengan Qasidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligrafer Hasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaid al-Khat al-Arabi.


Di samping itu, ada sebab-sebab khusus dikarangnya Qasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiry menderita sakit lumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad ﷺ. di mana Nabi ﷺ mengusap wajah al-Bushiry, kemudian Nabi ﷺ melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiry, dan saat ia bangun dari, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.


Pemikiran-Pemikiran Imam Al-Bushiry dalam Qasidah Burdah dimulai dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas dukacita yang dialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya di Dzi Salam, Sudah menjadi kelaziman bagi para penyair Arab klasik dalam mengawali karya syairnya selalu merujuk pada tempat di mana ia memperoleh kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya kampung halamannya. Inilah nasib yang diungkapkan Bushiri pada awal bait :
Ide-ide Syaikh Imam Al-Bushiry yang penting dilanjutkan dengan untaian-untaian yang menggambarkan visi yang bertalian dengan ajaran-ajaran tentang pengendalian hawa nafsu. Menurut dia, nafsu itu bagaikan anak kecil, apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namun jika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi. Pandangan al-Bushiri tentang nafsu tersebut terdapat pada bait ke-18.
Dalam ajaran pengendalian hawa nafsu, al-Bushiri menganjurkan agar kehendak hawa nafsu dibuang jauh-jauh, jangan dimanjakan dan dipertuankan, karena nafsu itu sesat dan menyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang, kedua-duanya dapat merusak, maka hendaknya dijaga secara seimbang. Ajakan dan bujukan nafsu dan setan hendaknya dilawan sekuat tenaga, jangan diperturutkan (bait 19-25).
Selanjutnya, ajaran Imam Al-Bushiry dalam Qasidah Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ. la menggambarkan betapa Nabi ﷺ diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai, pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi. Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad ﷺseperti dalam bait 34-59 :
Pujian Imam Al-Bushiry pada Nabi ﷺ tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi, tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi ﷺ yang paling utama, yaitu mukjizat paling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi. Al Quran adalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk oleh perubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif dengan berbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan Al Quran memiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memiliki konteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat temporal. Kitab Al Quran solamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umat Islam.
Selain Qasidah Burdah, Imam Al-Bushiri juga menulis beberapa qasidah lain di antaranya Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashldah, Al-Hamziyah. Sisi lain dari profil Imam Al-Bushiri ditandai oleh kehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekun beribadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi.
Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia. bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.

Berikut ini beberapa manfaat mengamalkan atau membaca Qasidah Burdah:


1. mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam Busyiri, mengulangi bait ” maula ya solli wa sallim “, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, memakai wewangian.
2.di sembuhkan dari berbagai macam penyakit


Keistimewaan Qosidah Burdah:

a. Syai burdah di anggap sebagai pelopor yang menghidupkan kembali penggubahan syair-syair pujian terhadap Nabi Muhammad Saw
b. memiliki sastra tingkat tinggi dan sarat dengan pesan -pesan etika.
c. sebagai wasilah atau sarana untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.
d. di percaya memiliki Kekuatan gaib sehingga tidak jarang di bacakan pada saat ada hajatan tertentu.


Itulah yang dapat saya sampaikan tentang Sejarah Qosidah Burdah dan Fadhilah bagi yang mengamalkanya semoga setelah membaca artikel ini dapat menambah iman dan taqwa kita terhadap Alloh Swt
Amin...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »